Alergi Gelombang Elektro, Pasien Terpaksa Hidup di Hutan
Vera Farah Bararah - detikHealth
Per Segerback (Foto: popsci)
Seperti yang dialami Per Segerback, laki-laki berusia 54 tahun yang terpaksa harus tinggal di sebuah pondok sederhana dalam tengah hutan atau sekitar 75 km timur laut dari Stockholm, Swedia.
Tanpa teman, Segerback harus hidup berdampingan dengan serigala, beruang dan rusa yang berkeliaran bebas melewati pintu depan rumahnya yang dikelilingi oleh cagar alam.
Segerback terpaksa tinggal di hutan cagar alam karena fisiknya sakit jika terpapar berbagai teknologi elektronik. Segerback menderita penyakit hipersensitivitas terhadap gelombang elektromagnetik atau Electro-Hypersensitivity (EHS).
Alergi ini menyebabkan dirinya mengalami reaksi fisik yang parah terhadap radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh teknologi seperti komputer, televisi dan telepon genggam. Walaupun jaraknya cukup jauh.
Seperti kejadian musim panas tahun lalu. Ketika itu Segerback sedang jalan-jalan, tiba-tiba ia diliputi rasa mual dan dalam hitungan detik sudah tak sadarkan diri. Setelah diselidiki, ternyata disebabkan oleh seorang pria yang berjarak 100 meter dari Segerback tengah menggunakan telepon genggam untuk chatting dan teleponnya berdering.
Seperti dikutip dari Popsci, Jumat (5/3/2010), gejala yang timbul jika penderita EHS terpapar radiasi elektromagnetik seperti sensasi terbakar atau kesemutan di kulit, pusing, mual, sakit kepala, gangguan tidur dan kehilangan memori.
Dalam kasus-kasus ekstrem seperti Segerback bisa juga melibatkan masalah di pernapasan, denyut jantung hingga kehilangan kesadaran diri.
Segerback pertama kali merasakan gejala seperti pusing, mual, sakit kepala, rasa panas serta muncul bercak-bercak merah di kulitnya pada akhir tahun 1980-an. Kondisi tersebut semakin memburuk, tapi dokter perusahaan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Segerback menduga radiasi dikantornya yang dikombinasikan dengan asap beracun dari merek komputer baru menjadi pemicunya.
Sebuah telepon genggam yang digunakan untuk membuat atau menerima panggilan dan mencari sinyal akan menimbulkan tingkat radiasi yang tinggi. Segerback terpaksa harus berada pada jangkauan tertentu untuk menghindari munculnya gejala-gejala tersebut. Hal ini dikarenakan setiap merek dan model telepon genggam menghasilkan sinar radiasi yang berbeda-beda.
Swedia adalah satu-satunya negara di dunia yang mengakui EHS sebagai gangguan fungsional. Kasus yang terjadi pada Segerback telah membuat pemerintahan menciptakan kebijakan khusus untuk mengatasi kondisi tersebut.
Menurut data statistik di Swedia, sekitar 3 persen atau 250.000 orang memiliki EHS sehingga dibutuhkan rumah yang memang bebas elektronik dan jika diperlukan adanya instalasi pelindung logam.
EHS dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:
- Kombinasi ringan, tahapan ini hanya menunjukkan gejala umum seperti sakit kepala serta masalah pada konsentrasi dan memori saat bekerja dengan peralatan elektronik.
- Gejala yang timbul lebih lama setelah bekerja dengan alat elektronik, seringkali gejala ini memerlukan perawatan medis. Reaksi ini biasanya timbul di sekitar menara transmisi atau relay antena.
- Ketidakmampuan untuk bekerja penuh waktu, frekuensi timbulnya gejala atau sakit semakin sering.
- Reaksi akut akibat polusi elektromagnetik baik dilingkungan tertutup atau terbuka, hal ini menyebabkan seseorang harus tinggal di daerah pedesaan atau sekitar hutan.
Perawatan yang bisa diberikan bagi pasien EHS adalah sebisa mungkin menghindari kontak dengan gelombang elektromagnetik untuk mengurangi timbulnya gejala.
Selain itu UK Health Protection Agency mengungkapkan pengobatan seperti pemberian antioksidan, terapi perilaku kognitif serta akupuntur diduga bisa membantu.(ver/ir)
No comments:
Post a Comment