Kejang yang Bikin Kacau
AN Uyung Pramudiarja - detikHealth(Foto: thinkstock)
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang kejang seperti dikutip dari Livestrong, Sabtu (14/8/2010), adalah sebagai berikut.
Kehilangan kekuatan otot
Saat mengalami kejang atonik, seseorang akan kehilangan sebagian besar kekuatan otot. Penderita akan mengalami kesulitan untuk tetap berdiri maupun berpegangan dan tidak bisa mengontrol gerakan kelopak mata.
Ketika terjatuh akibat hilangnya kekuatan otot secara mendadak, seseorang yang mengalami kejang atonik sering mengalami cedera yang serius.
Kehilangan kesadaran
Tipe kejang yang sering terjadi pada penderita epilepsi adalah kejang grand mal atau kejang tonik. Seseorang yang mengalaminya akan terjatuh karena hilangnya kesadaran selama periode tertentu. Tahap pertama yang berlangsung sekitar 30 detik adalah kekakuan di seluruh tubuh (fase tonik), diikuti dengan kejutan-kejutan yang intens (fase klonik).
Tahap ketiga atau terakhir dari kejang grand mal adalah tahap postictal, yakni saat penderita tertidur lelap setelah mengalami serangan tersebut. Ketika bangun, penderita biasanya masih akan mengalami pusing dan tidak bersemangat.
Mengacaukan ingatan tentang waktu
Kejang absence ditandai dengan hilangnya kesadaran sesaat yang bisa terjadi tanpa disadari dan sering dialami oleh anak kecil. Jenis kejang seperti ini ditandai dengan terdiam secara tiba-tiba sambil menatap kosong ke langit-langit.
Kejang absence bisa terjadi berkali-kali dalam sehari tanpa disadari, yang mengakibatkan penderitanya kesulitan mengingat-ingat urutan waktu kejadian.
Menyebabkan gerakan aneh
Kejang myoclonic melibatkan kedua sisi otak sehingga memicu gerakan-gerakan aneh pada kedua sisi tubuh. Pada tahap yang lebih serius, penderita bisa kehilangan kontrol gerakan dan tiba-tiba melemparkan atau menjatuhkan benda yang dipegangnya.
Bisa melibatkan otak di bagian tertentu saja
Kejang parsial hanya melibatkan bagian tertentu dari otak, sehingga efeknya lebih ringan dibandingkan kejang yang melibatkan kedua sisi otak. Kejang parsial yang sederhana berdampak pada kemampuan motorik, persepsi indera atau dampak psikologis.
Gejala yang muncul bisa berupa kekakuan otot maupun sensasi aneh pada panca indra seperti melihat melihat ruangan seakan makin menyempit, benda bergerak sendiri, mencium bau tidak wajar, atau mendengar suara-suara aneh.
Sementara kejang parsial yang kompleks dapat memicu gerakan-gerakan ayng tidak disadari, seperti berjalan, gelisah dan mengunyah. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan tanpa bisa dikontrol oleh yang bersangkutan.
No comments:
Post a Comment