Cara Otak Membedakan Bau
yang Tercium
Vera Farah Bararah - detikHealth
ilustrasi (Foto: sciencedaily)
Penemuan itu dilakukan peneliti yang tergabung dalam tim Professor Dr. Thomas Kuner dari Institute of Anatomy and Cell Biology di Heidelberg University Medical School dan Dr Andreas Schafer dari Max Planck Institute for Medical Research.
Hasil penelitian menunjukkan ada suatu reseptor (ujung saraf yang peka terhadap rangsangan) tertentu di pusat penciuman yang bisa membedakan bau yang hampir sama. Hal ini juga dihubungkan dengan loop inhibitor antara sel-sel saraf yang berdekatan.
Bau akan melekat ke reseptor sel penciuman di mukosa hidung yaitu suatu tempat yang bisa memicu sinyal saraf. Sinyal-sinyal ini diproses di dalam suatu tempat yang dikenal sebagai bola penciuman (olfactory bulb) yaitu salah satu bagian dari otak.
Pada jaringan syaraf, sinyal yang masuk akan dikonversikan menjadi suatu pola listrik yang dikirim ke korteks otak besar dan daerah lainnya di otak yang dikenalinya. Setelah itu loop inhibitor lokal akan mampu mengenali bau yang tercium lebih tepat.
Penemuan mengenai prinsip aktivasi dari 'lateral inhibition" sebenarnya telah diketahui 43 tahun lalu oleh Haldan K. Hartline, George Wald dan Ragnar Granit yang menerima Hadiah Nobel.
Namun para peneliti dari Heidelberg ini untuk pertama kalinya berhasil menegaskan mengenai mekanisme yang sama untuk sistem penciuman. Hasil ini telah diterbitkan dalam jurnal Neuron.
"Kami memanipulasi pengolahan informasi yang sangat spesifik pada bola penciuman dan kemudian mengukur efeknya berdasarkan waktu reaksi. Dengan demikian dapat membuktikan bahwa loop dari inhibitor lokal bisa membedakan bau kombinasi yang sangat mirip jauh lebih cepat," ujar Prof Kuner, seperti dikutip dari ScienceDaily, Selasa (4/5/2010).
No comments:
Post a Comment