Burger Dibumbui Obat untuk Mengurangi Kolesterol
AN Uyung Pramudiarja - detikHealthFoto: thinkstock
Asal tahu saja, kolesterol yang menumpuk dalam tubuh bisa memicu berbagai penyakit. Kadar kolesterol tinggi berhubungan sangat erat dengan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Komplikasi paling parah yang bisa ditimbulkan antara lain stroke dan serangan jantung, yang bisa berujung pada kematian.
Nah, kini muncul ide untuk menggunakan obat penurun kolesterol sebagai bumbu dalam burger agar makanan ini tidak menyebabkan penyakit.
Ide itu dicetuskan oleh Dr Darrel Francis, seorang peneliti dari Imperial College London. Menurutnya, penggunaan obat penurun kolesterol semacam statin dapat meminimalkan risiko negatif dari makanan cepat saji. Pengurangan risiko ini sama halnya penggunaan sabuk pengaman saat balapan atau filter saat merokok.
Dalam hitung-hitungannya, Dr Francis mengatakan efek statin sebanding dengan risiko yang ditimbulkan oleh kolesterol dalam burger atau milk-shake. Dengan kata lain, statin dapat menetralkan dampak dari kadar kolesterol yang tinggi.
Hasil temuan ini telah dimuat dalam American Journal of Cardiology.
Menambahkan statin dalam burger dinilai tidak akan membebani konsumen, sebab obat generik ini dijual dengan harga sangat murah. Bahkan bisa digratiskan seperti halnya ketika restoran cepat saji memberikan 1-2 sachet saus tomat secara cuma-cuma saat menjual burgernya.
"Statin cukup murah, efektif dan aman karena tersedia dalam dosis yang sangat rendah. Ironis jika pelanggan bisa mendapat banyak bumbu-bumbu yang tidak sehat, sementara untuk mendapat statin harus dengan resep dokter," ungkap Dr Francis seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (13/8/2010).
Namun menurut direktur medis British Heart Foundation (BHF), Prof Peter Weissberg, statin tidak bisa begitu saja diperlakukan sebagai bumbu. Sebab risiko kesehatan yang terkandung dalam makanan cepat saji tidak melulu terkait dengan kolesterol.
"Ada banyak komponen yang tidak sehat dalam burger. Misalnya garam yang tinggi bisa menyebabkan hipertensi, sementara kalori bisa memicu obesitas, diabetes tipe-2 dan stroke. Bagaimanapun, statin bukan pil ajaib yang bisa mengatasi semua itu," ungkap Prof Wiessberg.
No comments:
Post a Comment