Seringali kita mendengar orang meninggal akibat serangan jantung (heart attack) atau jantung berhenti (cardiac arrest). Kedua istilah ini kerap digunakan secara bergantian. Apa perbedaan dari kedua kondisi ini?
Dua istilah itu memang sering membuat bingung, bahkan beberapa orang menganggap keduanya adalah satu kondisi yang sama. Padahal keduanya jelas berbeda.
Seperti dikutip dari About.com, Kamis (22/4/2010) ada perbedaan antara serangan jantung dan jantung berhenti.
Serangan jantung (heart attack)
Serangan jantung atau disebut juga dengan myocardial infraction, terjadi bila arteri koroner (salah satu arteri yang berfungsi memasok darah ke otot jantung) tiba-tiba tersumbat.
Penyumbatan mendadak ini mengganggu sebagian otot jantung yang memiliki fungsi vital sebagai penyuplai darah. Karena suplai darah terhambat menyebabkan otot menjadi mati. Jadi serangan jantung adalah kematian dari bagian otot jantung.
Penyumbatan secara mendadak pada arteri koroner ini biasanya disebabkan oleh pecahnya plak di arteri. Pecahnya plak ini menyebabkan serangan jantung dan angina yang tidak stabil. Dua kondisi ini jika disatukan dikenal dengan istilah sindrom koroner akut (acute coronary syndrome/ACS).
ACS masuk kategori darurat yang harus segera ditangani dengan menggunakan obat-obatan, angioplasty, stenting atau operasi untuk memulihkan aliran darah kembali normal melalui arteri yang tersumbat.
Jika aliran darah ini dapat kembali normal dalam waktu yang cepat, maka kerusakan permanen pada otot jantung bisa diminimalkan.
Jantung berhenti (cardiac arrest)
Kondisi ini disebabkan oleh gangguan jantung secara mendadak yang disebut dengan ventricular fibrillation. Pada kondisi ini sinyal-sinyal listrik dalam jantung tiba-tiba menjadi kacau.
Sinyal-sinyal listrik ini menunjukkan kontrol antara waktu dan detak jantung. Ketika sinyal-sinyal berkurang sehingga terjadi kekacauan, maka jantung bisa tiba-tiba berhenti berdetak. Konsekuensi yang paling umum dari kondisi ini adalah kematian mendadak.
Pertolongan yang dilakukan untuk kondisi jantung berhenti dimulai dengan pernapasan buatan atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) untuk mendukung sirkulasi. Kemudian sesegera mungkin memberikan kejut listrik ke jantung dengan menggunakan peralatan yang disebut dengan defibrillator.
Kejutan listrik ini memungkinkan jantung untuk mengatur sendiri sinyalnya sehingga jantung bisa berdetak kembali.
Sayangnya, angka kematian akibat kondisi ini sering terjadi setelah beberapa menit serangan dan sebagian besar penderita tidak berhsil dihidupkan lagi sinyal jantungnya.
Jantung berhenti umumnya banyak dialami orang yang memang sebelumnya memiliki gangguan penyakit jantung, pernah terkena serangan jantung atau gagal jantung. Penyebab lainnya adalah adanya kelainan jantung karena penggunaan berbagai obat-obat terlarang seperti kokain.
No comments:
Post a Comment